Aku sedikit tidak mengerti kenapa karya-karya Van Gogh harus dibuat museum tersendiri (tiketnya lumayan mahal pula, 14 Euro, dan tidak ada diskon untuk pelajar), padahal menurut pendapat pribadiku, karya-karyanya tidak ada yang terlalu 'wah', sedikit abstrak, gambar orang-orangnya tidak ada yang bagus, juga geometrinya banyak yang salah.
Ehehe, aku memang tidak punya background seni, tapi karya seni tidak hanya khusus untuk orang-orang yang punya background seni saja kan. Orang awam seperti aku juga ingin lihat-lihat galeri lukisan, walaupun kalau menilai lukisan cuma dari apa yang terlihat di mata dan terlintas di kepala, juga komentarnya agak-agak ngaco. *grin*
Dibandingkan lukisannya, yang lebih mengena adalah cerita hidup Van Gogh, bagaimana ia mencoba berbagai macam pekerjaan sampai akhirnya di akhir umur 20an ia memutuskan untuk menjadi pelukis; lukisannya yang susah laku; perjalanannya sebagai pelukis dari Den Haag, London, dan Paris; kesepiannya serta surat-suratnya untuk Theo, adiknya; kisah cintanya yang sedih; stress sampai memutilasi kupingnya; sakit yang menyerangnya; sampai bunuh diri dengan pistol. Sedikit dari hasil karyanya yang dia nikmati ketika hidup, sedihnya, setelah ia meninggal, justru karya-karyanya menjadi terkenal dan keluarganya yang menikmati hasil dari lukisan-lukisan itu. Yang membuat menarik adalah alasan dan latar belakang psikologis setiap lukisan yang Ia tuliskan di surat-suratnya untuk Theo.
Lukisan-lukisannya sendiri aku bilang biasa saja. Van Gogh terkenal dengan jenis lukisannya yang berbeda dengan lukisan pada jamannya, berwarna cerah, sedikit abstrak dan tersusun atas titik-titik. Tapi sebenarnya lukisan dari titik-titik ini bukanlah hal yang baru, Van Gogh belajar dari pelukis sebelumnya, bedanya titik-titiknya lebih besar ukurannya.
The Sower from Wikipedia
Daubigny's garden from Wikipedia
Self-potrait 1889 from Wikipedia
Van Gogh juga menggambar ulang beberapa lukisan dari pelukis sebelumnya dengan teknik gambar ini. (Lupa lukisan apa oleh siapa) Tapi menurut aku, alih-alih menjadi lebih bagus, lukisannya justru menjadi lebih jelek, ehehe.
Lukisan Van Gough juga beda dari realism, polos, dan seperti lukisan anak kecil, seperti lukisan dibawah ini.
Still live: Vase with twelve sun flowers from Wikipedia
White house at night from Wikipedia
Lukisannya banyak yang geometrinya kurang tepat, seperti lukisan dibawah ini. Tapi yang lucunya, di museum itu ada ahli seni yang dengan serunya justru mengajak pengunjung untuk mencari kesalahan geometrinya serta menebak-nebak apa yang dipikirkan Van Gough ketika melukis lukisan itu.
Bedroom in Arles from Wikipedia
Van Gogh's chair from Wikipedia
Van Gogh sempat jatuh hati pada gambar-gambar di print-an Jepang, dan mencoba membuat gambar yang setema. Dipinggirnya dilukis frame dan tak lupa ditambah tulisan-tulisan Jepang. Lucunya tulisan-tulisan Jepang itu tidak ada arti khususnya, Van Gogh hanya memilih dan menirunya secara random. Untuk kita yang tidak mengerti tulisan Jepang sih kelihatan keren, tapi coba kalau dibaca sama orang Jepang, pasti ngikik karena artinya ga jelas.
The blooming plumtree from Wikipedia
Courtesan from Wikipedia
Walaupun lukisannya tidak begitu bagus, yang menarik dari museumnya adalah kita bisa melihat perkembangan dan perubahan cara melukis Van Gogh. Mulai dari lukisannya yang berupa sketsa dari pensil/pulpen sampai dengan lukisan dengan cat lukis. Juga mulai dari lukisan dengan bentuk tak jelas sampai lukisan cantik-cantik yang menarik mata. Hal seperti ini yang memotivasi orang-orang untuk belajar melukis. Melukis bukan hanya untuk pelukis jenius dari lahir, tapi semua orang. Dengan latihan terus menerus dengan giat maka hasilnya akan semakin bagus, seperti Van Gogh. :")
Lukisan Van Gogh favoritku adalah lukisan ini.
Starry night over the Rhone from Wikipedia
No comments:
Post a Comment